Terkadang hidup membawamu kepada jalan yang tidak ingin kamu tempuh. Jalan itu adalah jalan yang harus kamu lewati agar kamu menghargai sebuah perjalanan dalam hidupmu. Pada akhirnya, sebuah perjalanan tidak ditentukan dari keinginanmu melainkan dari langkah yang kamu ambil.
***
Siang terik di pertengahan bulan Juni menandai akhir semester sekolah. Murid-murid SMA Negeri 3 Kota Malang mulai menikmati liburan, tak terkecuali Renjun yang sedang asyik membaca berita terbaru mengenai panasnya situasi politik AS. Sebagai ketua ekstrakurikuler debat, ia tak mungkin melewatkan berita terbaru sebagai bahan untuk membangun kasus debat. Pikirannya tiba-tiba teralih oleh ponselnya yang bergetar beberapa kali. Ia melirik notifikasi ponselnya sekilas. Kemudian ia membaca sebaris doa dengan terbelalak.
Innalilahi wa innalilali rojiun.....
Renjun cepat-cepat membuka notifikasi tersebut. Berita grup Whatsapp sekolahnya mengabarkan bahwa Ketua OSIS kehilangan kedua orang tuanya dalam kecelakaan tunggal. Renjun bergegas bersiap untuk melawat.
***
Renjun telah tiba di kediaman Ahmad Pratama. Ia memeluk Ahmad sesaat, menepuk pundaknya dan mengucapkan bela sungkawa. Kemudian, dia duduk di kursi sambil melihat tamu yang datang. Dia melihat sesosok tinggi yang tak asing, Jeno. Jeno adalah ketua klub basket di SMA Negeri 3 Kota Malang. Jeno dan Renjun sering menoreh prestasi di bidang mereka masing-masing. Jeno menatap balik Renjun dan memilih untuk duduk di sebelah Renjun.
"Wes suwe ta, bro 1?", tanya Jeno pada Renjun.
"Gak. Barusan aja.", Renjun menjawab dengan nada datar.
"Kapan dikubur almarhum dan almarhumah?"
"Maeng jam 10 jare info ndik grup. Aku yo sik tas ngerti awan iki tekan grup. 2"
Jeno mengangguk-nganggukkan kepalanya. Setelah beberapa lama terdiam, murid-murid SMA Negeri 3 Kota Malang tampak beranjak dari kediaman Ahmad Pratama. Jeno dan Renjun pun mengikuti mereka dan pulang ke rumah mereka masing-masing.
***
Tak terasa bulan Juni telah berakhir. Tahun ajaran baru itu merupakan babak akhir perjalanan Renjun dan Jeno di masa SMA. Dalam tradisi SMA Negeri 3 Malang di awal semester, ada banyak hal yang harus dilakukan murid kelas 12 sebagai tanda kenangan sebelum mereka beranjak kuliah. Murid kelas 12 yang tergabung dalam OSIS harus bekerja ekstra keras awal semester itu.
OSIS yang kebanyakan saat ini kelas 12 harus mempersembahkan rangkaian acara mulai bulan Juli hingga puncaknya November. Bulan Juli merupakan bulan masa orientasi murid kelas 10. Bulan Agustus diwarnai keceriaan kemerdekaan Republik Indonesia. Bulan September merupakan bulan kampanye ketua OSIS baru. Bulan Oktober menandai bulan bahasa dan pemilu raya. Bulan November menjadi puncak rangkaian acara yaitu Pentas Seni yang disusul dengan pelepasan jabatan OSIS ataupun ketua ekstrakurikuler.
Tepat seminggu sebelum masuk sekolah, Renjun mendapat chat Whatsapp dari Pak Kim Doyoung, pembina OSIS SMA Negeri 3 Kota Malang.
Seluruh ketua ekstrakulikuler harap berkumpul hari ini di Aula jam 12 siang.
Kim Doyoung
Tumben ketua ekstrakulikuler dikumpulin segala, pikir Renjun. Renjun melirik jamnya. Baru jam 8. Ia pun bersiap untuk mandi dan mengirim chat pada Haechan, sobat anggota debatnya.
Chan, lapo se iki kok ketua ekskul kudu kumpul barang? 3
Haechan yang sedang online membalas chat Renjun dengan cepat.
Lha? Gak ngerti ta? Si Ahmad pindah ke Madiun ikut si mbah. Iki waka OSISe kan ngglendemi. 4 Sebenernya Ayu teges, tapi kondisinya dia cuma dapet jabatan sekretaris, kan.
Renjun membaca chat itu dan memutar bola matanya. Politik sekolah, umpatnya dalam hati. Bagus Cahyono adalah anak "titipan" DPRD Kota Malang. Sudah jadi rahasia umum jika ada jual beli kursi penerimaan murid SMA di Kota Malang. Bagus lebih top lagi karena dia mampu memanipulasi kedudukan. Seharusnya dengan suara yang dia peroleh, dia hanya bisa menduduki jabatan sekretaris. Tapi, uang berkata lain. Kendati Pak Doyoung menentang tindakan politik itu, Kepala Sekolah menekan sang Pembina OSIS untuk menjadikan Bagus ketua OSIS yang baru. Beruntung ada data terbuka yang tidak dapat diganggu gugat. Suara Ahmad bisa jauh melampaui suara Bagus. Dengan suara yang diperoleh Ayu, seharusnya dia bisa menjadi wakil ketua OSIS. Apa daya, dia harus dikorbankan demi ego sang putra Dewan Perwakilan.
***
Setelah sarapan, Renjun berniat untuk datang lebih awal menikmati taman kota dekat SMA Negeri 3 Malang. Ia membaca the Jakarta Post sambil menunggu waktu rapat tiba. Dia melihat stasiun di seberangnya dan menemukan sosok ketua basket sedang berjalan ke SMA Negeri 3 Kota Malang. Renjun tidak mengacuhkan lelaki itu dan melanjutkan membaca berita di koran yang ia pegang.
Catatan kaki:
1. Udah lamakah, bro?
2. Tadi jam 10 kata info di grup. Aku juga baru tahu siang ini dari grup.
3. Chan, ngapain sih ini kok ketua ekskul harus kumpul juga?
4. Waka OSIS-nya tidak tegas, nih.